Selasa, 14 April 2020

Ragam Kain Tenun Ikat

Hasil kerajinan tenun dengan berbagai latar belakang budaya dan latar belakang melahirkan aneka ragam tenun ikat. Disebut tenun ikat karena cara pembuatanya menggunakan teknik ikat. Teknik ikat dilakukan dengan mengikat pada bagian tertentu pada benang sehingga bagian tersebut terwarnai ketika dicelup ke dalam pewarna. Bagian-bagian yang diikat harus dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga setelah ditenun akan membentuk motif tertentu. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diinginkan. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai.

Menurut bagian yang diikat tersebut, tenun ikat dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut :
  1. Tenun ikat lungsin, motif pada tenun ikat lungsin dibuat dengan mengikat pada bagian benang lungsin (benang vertikal) dalam proses pewarnaan.
  2. Tenun ikat pakan, motif tenun ikat pakan dibuat dengan mengikat pada bagia benang pakan (benang horizontal) dalam proses pewarnaan.
  3. Tenun ikat ganda, motof pada tenun ikat ganda dibuat dengan cara mengikat pada bagian benang lungsin dan benang pakan diikat dan dicelup dalam zat pewarnaan.

Tenun Ikat Gringsing Bali
Salah satu tenun ikat yang cukup terkenal diantaranya adalah tenun ikat Gringsing. Tenun ikat ini merupakan kerajinan dari daerah Bali, tepatnya di Desa Teganan Gringsing, Karangasem. Tenun ikat Gringsing merupakan jenis tenun ikat ganda. Kain Gringsing berperan penting dalam upacara-upacara adat, kain Gringsing dipakai sebagai kemben. Kemben adalah kain batik yang berfungsi sebagai penutup bagian dada wanita. Kain kemben juga digunakan sebagai pengikat jarik (kain panjang) agar tidak melorot (berfungsi seperti stagen), atau berfungsi seperti ikat pinggang.

Kain tenun Gringsing dipercaya sebagai pelindung terhadap penyakit, sebagai alas kepala dalam upacara pasak gigi, serta digantung di pura dan menara pembakaran mayat. Beberapa motif kain Gringsing antara lain flora, fauna, dan geometris. Ragam Jenis Tenun Gringsing konon sampai memiliki 20 motif, namun yang masih sering digunakan saat ini hanya 14 motif ini, beberapa diantaranya yaitu:
  1. Gringsing Lubeng, Motifnya bernama Lubeng. Kekhasannya adalah berisi kalajengking. Lubeng Luhur ukurannya paling panjang dengan 3 bunga berbentuk kalajengking yang masih utuh bentuknya. Sedangkan pada Lubeng Petang Dasa bunga kalajengkingnya utuh hanya satu di tengah sedang yang di pinggir hanya setengah-setengah. Sedang Lubeng Pat Likur adalah yang ukurannya terkecil. Fungsinya sebagai busana adat dan upacara agama.
  2. Gringsing Sanan Empeg. Gringsing Sanan Empeg fungsinya hanya sebagai sarana upacara keagamaan dan adat, yaitu sebagai pelengkap sesajian bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan. Sedangkan bagi masyarakat Bali di luar desa Tenganan hanya dipergunakan sebagai penutup bantal/alas kepala orang melaksanakan upacara manusa yadnya potong gigi. Ciri khas dan motif Sanan Empeg adalah adanya tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah dan hitam.
  3. Gringsing Cecempakan Gringsing Cecempakan bermotif bunga cempaka. jenisnya: Gringsing Cecempakan Petang Dasa (ukuran empat puluh). Gringsing Cecempakan Putri, Gringsing Cecempakan Pat Likur (ukuran 24 benang).Fungsinya adalah sebagai busana adat dan upacara agama.
  4. Gringsing Cemplong.. Motif Gringsing Cemplong adalah karena ada bunga-bunga besar diantara bunga-bunga kecil seolah-olah ada kekosongan/lobang-lobang diantara bunga itu menjadi kelihatan cemplong. Jenisnya : ukuran Pat Likur (24 benang), senteng/anteng (busana di pinggang wanita), sedangkan yang ukuran Petang Dasa (40 benang) sudah hampir punah. Fungsinya adalah sebagai busana adat dan upacara agama.
  5. Gringsing Isi. Pada Geingsing Isi ini sesuai namanya pada motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada bagian kain yang kosong, ukuran yang ada hanya ukuran Pat Likur (24 benang) dan berfungsi hanya untuk sarana upacara, bukan untuk busana.
  6. Gringsing Wayang.. Motifnya ada dua yaitu Gringsing Wayang Kebo dan Gringsing Wayang Putri.Fungsi dan ukuran kedua kain ini sama yaitu untuk selendang, yang berbeda adalah motifnya. Pada Gringsing Wayang Kebo teledunya (Kalajengkingnya) bergandengan sedangkan pada Gringsing Wayang Putri lepas . Pada tenun Gringsing Wayang Kebo berisi motif wayang laki dan wanita. Sedangkan pada tenun Gringsing Wayang Putri hanya berisi motif Wayang Wanita.
  7. Gringsing Batun Tuung. Batun Tuung artinya biji terong. Dengan demikian pada Gringsing Batun Tuung motifnya penuh dengan biji-biji terong. Ukurannya tidak besar, untuk senteng (selendang) pada wanita dan untuk sabuk (ikat pinggang) tubumuhan bagi pria. Jenis Gringsing ini sudah hampir punah.
Hasil kerajinan tenun dengan berbagai latar belakang budaya dan latar belakang melahirkan  Ragam Kain Tenun Ikat
Kain Endek Bali
Teknik pembuatan kain tenun Endek biasanya menggunakan teknik ikat pakan. Meskipun ada beberapa yang menggunakan ikat lungsi. Pada umumnya kain endek dibuat dengan menggunakan benang sutera murni. Selain diberi motif dengan teknik ikat, kain endek biasanya disempurnakan dengan coletan, yaitu memberikan tambahan warna dengan mengoleskan zat pewarna dengan semacam kuas pada benang yang akan ditenun.

Motif Kain Endek beragam. Beberapa motif kain endek dianggap sakral. Jadi, hanya boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan keagamaan lainnya. Motif itu antara lain, motog patra dan encek saji. Selain ada yang sakral, ada juga motif kain endek yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu. Misalnya para raja atau keturunan bangsawan. Dahulu, kain ini memang lebih banyak digunakan oleh para orang tua dan kalangan bangsawan.

Sedangkan motif yang mencerminkan nuansa alam, biasa digunakan untuk kegiatan sosial atau kegiatan sehari-hari. Hal ini menyebabkan motif tersebut lebih banyak berkembang dalam masyarakat. Kain endek mulai berkembang sejak tahun 1985, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek ini kemudian berkembang di sekitar daerah Klungkung, salah satunya adalah di Desa Sulang.

Kain Hinggi Sumba
Kain Hinggi merupakan kain tenun ikat yang berbentuk segi empat memanjang. Kain ini biasanya dipakai kaum laki-laki yang dikenakan pada pinggang atau disarungkan di bahu. Motif kain tenun Sumba yang banyak dikenal adalah motif hewan (rusa, gajah, kuda, dan lain-lain) atau motif pohon tengkorak. Kain tenun sumba motif kuda adalah lambang kebanggaan, kekuatan dan kejantanan. Kain tenun sumba motif ayam, melambangkan kehidupan wanita ketika berumah tangga.

Kain Sumba menggunakan bahan-bahan alami untuk pewarnaan kain tenun Sumba menggunakan berbagai daun dan akar-akaran, karena dengan warna alami ini kain tenun sumba warnanya semakin lama semakin bagus tidak pudar. Pembuatan kain tenun Sumba ini diwarisi secara turun-menurun dari nenek moyang.

Kain tenun Sumba dibagi dalam dua jenis, “Hinggi dan Lau”. Kain tenun sumba jenis Hinggi umumnya dikenakan oleh pria dalam tiap upacara adat. ” Hinggi” untuk pria dewasa berukuran sekitar 2 meter dan berfungsi sebagai selendang atau kain yang dililitkan di pinggang. Warna dominan kain ini adalah merah kecoklatan dan kebiruan. Para bangsawan lebih banyak memakai warna tersebut pertama, sedangkan biru dikenakan lebih banyak oleh rakyat biasa.